Tugas Agama Islam di Semester 3
MAKALAH
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
“SESAJEN
DALAM KACAMATA ISLAM”
Kelompok
4:
1. Firman Akbar 105060507111029
2.
Andri
Wangsit Dewanto 105060500111053
3.
Ayu
Mustikaning Pramesti 105060507111009
4. Abdul Aziz Mansur 105060500111066
JURUSAN
ARSITEKTUR - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
SESAJEN DALAM KACAMATA ISLAM
I.
Pendahuluan
Di era modern ini, kita masih sering
mendengar kata sesajen. Kita juga masih sering melihat sesajen tersebut
terutama di lingkungan pedesaan bahkan di kalangan masyarakat islam sekalipun.
Lebih dari itu, kegiatan-kegiatan serta adegan-adegan yang menjurus pada
sesajen sering terlihat di layar kaca, nampaknya ada kepercayaan yang sudah
mendarah daging. Sesajen seolah memiliki nilai sakral di sebagaian besar masyarakat kita pada
umumnya. Acara sakral ini dilakukan untuk mencari berkah di tempat-tempat
tertentu yang diyakini keramat atau di berikan kepada benda-benda yang diyakini
memiliki kekuatan ghaib, semacam keris, trisula dan sebagainya untuk tujuan yang
bersifat duniawi.
Yang menjadi permasalahan sekarang
adalah banyak kaum muslimin berkeyakinan bahwa acara tersebut merupakan hal
biasa bahkan dianggap sebagai bagian daripada kegiatan keagamaan. Sehingga
diyakini pula apabila suatu tempat atau benda keramat yang biasa diberi sesaji
lalu pada suatu pada saat tidak diberi sesaji maka orang yang tidak memberikan
sesaji akan kualat (celaka, terkena kutukan).
Tak bisa diingkari lagi bahwa fenomena
ini memang terjadi di tengah-tengah kitam, bahkan dengan jumlah yang tidak
sedikit. Seseorang yang paling berpendidikan sekalipun kadang tak luput dari
hal-hal yang demikian. Mereka yang terdidik untuk berpikir secara rasional
ternyata kerasionalan itu hilang begitu saja ketika berhadapan dengan hal yang
demikian.
Yang sangat disesalkan, di antara
penduduk negeri ini banyak yang tidak sadar dari maksiat mereka dengan musibah
yang menimpa. Mereka malah melakukan praktik-praktik kesyirikan, membuat
sesajen penolak bala yang dipersembahkan kepada roh-roh penguasa laut, penguasa
gunung, penguasa darat, dan sebagainya.
Kami menulis makalah ini dengan tujuan:
1. Terungkapnya
kebenaran tentang sesajen.
2. Mengingatkan
pembaca tentang sesajen dalam pandangan islam.
3. Mengubah
keyakinan masyarakat tentang sesajen.
II.
Adakah
Sesajen dalam Islam?
Sesajen berarti sajian atau hidangan.
Sesajen memiliki nilai sakral di sebagaian besar masyarakat kita pada umumnya
acara sakral ini dilakukan untuk ngalap berkah (mencari berkah) di
tempat-tempat tertentu yang diyakini keramat atau di berikan kepada benda-benda
yang diyakini memiliki kekuatan ghaib, semacam keris, trisula dan sebagainya
untuk tujuan yang bersifat duniawi. Sedangkan waktu penyajiannya di tentukan
pada hari-hari tertentu. Seperti malam jum'at kliwon, selasa legi dan sebagainya.
Adapun bentuk sesajiannya bervariasi tergantung permintaan atau sesuai
"bisikan ghaib" yang di terima oleh orang pintar, paranormal, dukun
dan sebagainya.
Anehnya perbuatan yang sebenarnya
pengaruh dari ajaran Animisme dan Dinamisme ini masih marak dilakukan oleh
orang-orang pada jaman modernisasi yang serba canggih ini. Hal ini membuktikan
pada kita bahwa sebenarnya manusianya secara naluri/ fitrah meyakini adanya
penguasa yang maha besar, yang pantas dijadikan tempat meminta, mengadu,
mengeluh, berlindung, berharap dan lain-lain. Fitrah inilah yang mendorong
manusia terus mencari Penguasa yang maha besar ? Pada akhirnya ada yang
menemukan batu besar, pohon-pohon rindang, kubur-kubur, benda-benda kuno dan
lain-lain, lalu di agungkanlah benda-benda tersebut. Pengagungan itu antara
lain diekspresikan dalam bentuk sesajen yang tak terlepas dari unsur-¬unsur
berikut: menghinakan diri, rasa takut, berharap, tawakal, do'a dan lainnya.
Unsur-unsur inilah yang biasa disebut dalam islam sebagai ibadah.
Islam datang membimbing manusia agar
tetap berjalan diatas fitrah. namun fitrah yang di maksud dalam islam adalah
fitrah yang lurus sesuai dengan syari'at islam. Allah S.W.T menerangkan tentang
fitrah yang lurus tersebut dalam Al Qur'an surat Ar-Ruum ayat 30;
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Yang
dimaksud dengan fitrah Allah dalam ayat diatas yaitu ciptaan Allah. manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah karena pengaruh lingkungan.
III.
Sesajen
dalam Kacamata Islam
Ada yang berpendapat bahwa sesajen
adalah sebuah ungkapan rasa syukur orang jawa pada alloh dengan cara bersedekah
pada makhluk yang bisa di indra mata atau tidak di indra mata. Makhluk yang
bisa di indra adalah apa yang bisa dilihat secara kasat mata wujudnya dhohir,
bayin atau jelas seperti hewan, manusia, dll. Sedang yang tidak bisa dilihat dengan
kasat mata dinamakan jin atau makhluk tersembunyi, namun yang namanya
tersembunyi akan bisa dilihat jika satirnya di buka. Salah satunya dg mikroskop
untuk melìhat wujud bakteri yg tersembunyi karena begitu kecilnya wujudnya.
Namun, ritual mempersembahkan sesajen
kepada makhuk halus/ jin yang dianggap sebagai penunggu atau penguasa tempat
keramat tertentu adalah kebiasaan syirik (menyekutukan Alloh Subhanahu wa
Ta’ala dengan makhluk) yang sudah berlangsung turun-temurun di masyarakat kita.
Mereka meyakini makhluk halus tersebut punya kemampuan untuk memberikan
kebaikan atau menimpakan malapetaka kepada siapa saja, sehingga dengan
mempersembahkan sesajen tersebut mereka berharap dapat meredam kemarahan
makhluk halus itu dan agar segala permohonan mereka dipenuhinya.
Kebiasan ini sudah ada sejak zaman
Jahiliyah sebelum Alloh S.W.T mengutus Rasul-Nya untuk menegakkan tauhid
(peribadatan/ penghambaan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata) dan
memerangi syirik dalam segala bentuknya.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
¼çm¯Rr&ur tb%x. ×A%y`Í z`ÏiB ħRM}$# tbrèqãèt 5A%y`ÌÎ/ z`ÏiB Çd`Ågø:$# öNèdrß#tsù $Z)ydu ÇÏÈ
“Dan bahwa sesungguhnya adalah (amat salah perbuatan) beberapa
orang dari manusia, menjaga dan melindungi dirinya dengan meminta pertolongan
kepada ketua-ketua golongan jin, kerana dengan permintaan itu mereka menjadikan
golongan jin bertambah sombong dan jahat” (Q.S. Al-Jin : 6)
Artinya,
orang-orang di zaman Jahiliyah meminta perlindungan kepada para jin dengan
mempersembahkan ibadah dan penghambaan diri kepada para jin tersebut, seperti
menyembelih hewan kurban (sebagai tumbal), bernadzar, meminta pertolongan dan
lain-lain.
Mempersembahkan kurban yang berarti
mengeluarkan sebagian harta dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Alloh
Subhanahu wa Ta’ala adalah suatu bentuk ibadah besar dan agung yang hanya
pantas ditujukan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya
Q.S. Al-An’aam ayat 162-163;
ö@è% ¨bÎ) ÎAx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ w y7ΰ ¼çms9 ( y7Ï9ºxÎ/ur ßNöÏBé& O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$# ÇÊÏÌÈ
162. Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku,
hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan Yang memelihara dan mentadbirkan
sekalian alam.
163. Tiada sekutu
bagiNya, dan Dengan Yang demikian sahaja Aku diperintahkan, dan Aku (di antara
seluruh umatku) adalah orang Islam Yang awal pertama - (yang berserah diri
kepada Allah dan mematuhi perintahNya)".
Kedua ayat ini menunjukkan agungnya
keutamaan ibadah shalat dan berkurban, karena melakukan dua ibadah ini
merupakan bukti kecintaan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan pemurnian agama
bagi-Nya semata-mata, serta pendekatan diri kepada-Nya dengan hati, lisan dan
anggota badan, juga dengan menyembelih kurban yang merupakan pengorbanan harta
yang dicintai kepada Dzat yang lebih dicintainya, yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu, maka mempersembahkan
ibadah ini kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala (baik itu jin, makhluk halus
ataupun manusia) dengan tujuan untuk mengagungkan dan mendekatkan diri
kepadanya, yang dikenal dengan istilah tumbal atau sesajen, adalah perbuatan
dosa yang sangat besar, bahkan merupakan perbuatan syirik besar yang bisa
menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam (menjadi kafir).
IV.
Keyakinan
Masyarakat tentang Sesajen
Sesajen merupakan warisan budaya Hindu
dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau
penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan, gunung, lembah, laut) dan lain-lain
yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan.
Seperti: Upacara menjelang panen yang mereka persembahkan kepada Dewi Sri (dewi
padi dan kesuburan) yang mungkin masih dipraktekkan di sebagian daerah Jawa,
upacara Nglarung (membuang kesialan) ke laut yang masih banyak dilakukan oleh
mereka yang tinggal di pesisir pantai selatan pulau Jawa tepatnya di tepian
Samudra Indonesia yang terkenal dengan mitos Nyi Roro Kidul dan Labuhan gunung
untuk memberi sajian kepada para roh halus dan dedemit penghuni gunung.
Ada pula jenis lain dari sesajen, yaitu menyediakan
berbagai jenis tanaman dan biji-bijian seperti padi, tebu, jagung dan lain-lain
yang masih utuh dengan tangkainya, kemu-dian di letakkan pada tiang atau
kuda-kuda rumah yang baru dibangun supaya rumah tersebut aman, tentram dan
tidak membawa sial.
Jadi pada
intinya tumbal dan sesajen adalah mempersembahkan sesuatu kepada makhluk halus
(roh, jin, lelembut, penunggu, dll) dengan harapan agar yang diberi persembahan
tersebut tidak mengganggu atau mencelakakan, lalu berharap dengannya
keberuntungan dan kesuksesan.
Di banyak tempat
di nusantara ini, budaya sesaji masih lazim dilakukan atas dasar melestarikan
nilai-nilai sejarah. Nilai-nilai yang telah diajarkan oleh para leluhur ini
mencoba tetap kukuh di dalam hati sanubari generasi penerusnya, di tengah
deraan kemajuan teknologi informasi.
Ada yang
mengatakan, itu hanya adat dan tidak perlu lah dipertentangkan. Hal itu sudah
mengakar jauh sebagai sebuah tata nilai yang “patut” dihargai. Tradisi yang
turun temurun hampir setiap ada momen membangun bangunan penting, pasca bencana
dll, hal itu dilakukan. Alasannya pun agak menakutkan. Konon jika hal itu tidak
disuguh, ada saja celaka-celaka yang mengikuti proses pembangunan apapun. Entah
pekerjanya, mandornya dan orang yang terlibat langsung atau tidak kena
tulahnya. Bahkan katanya, pake acara minta berapa nyawa sebagai kompensasi atas
keengganan memberi kepala kerbau. Namun ketika kita bertanya, adakah jaminan
jika permintaan kepala kerbau itu dipenuhi tidak terjadi kecelakaan apapun baik
sebelum atau sesudahnya ? Absurd. Apalagi ketika kita gunakan logikanya, bahwa
sampai saat inipun kecelakaan di jalan tol masih tetap terjadi setiap saat.
Beberapa waktu lalu, ada mobil yang terjun dari lantai empat sebuah pusat
perbelanjaan. Atau berapa banyak nyawa yang tercerabut saat kereta api
mengalami tabrakan dan sebagainya. Padahal bisa jadi; seperti tuturnya, hampir
semua proyek penting meminta kepala kerbau.
Di sinilah pentingnya memahami tradisi
secara arif. Kalau memang tidak sejalan dengan syariat, maka kita tidak perlu
ragu mengatakan bahwa itu keliru. Perkara itu tetap dijalankan, adalah soal
kedua yang berpulang pada keyakinan masing-masing. Jadi masalahnya bukan perlu
atau tidak perlu dipertentangkan. Tapi lurus atau tidak bagi seorang muslim.
Sorang muslim harus dididik, bahwa apapun yang dialaminya berupa kepahitan,
merupakan musibah yang perlu disikapi dengan sabar seraya berikhtiar untuk
menghilangkannya dengan cara-cara yang manusiawi religius. Tauhid menegaskan,
bahwa hanya kepada Allah kita mohon keselamatan.
Allah berfirman dalam surat Al-An‘am
ayat 136;
(#qè=yèy_ur ¬! $£JÏB r&us ÆÏB Ï^öysø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $Y7ÅÁtR (#qä9$s)sù #x»yd ¬! óOÎgÏJôãtÎ/ #x»ydur $oYͬ!%x.uà³Ï9 ( $yJsù c%2 öNÎgͬ!%2uà³Ï9 xsù ã@ÅÁt n<Î) «!$# ( $tBur c%2 ¬! uqßgsù ã@ÅÁt 4n<Î) óOÎgͬ!%2uà° 3 uä!$y $tB cqßJà6óst ÇÊÌÏÈ
“Dan mereka (orang-orang musyrik) memperuntukkan dari hasil
tanaman dan binatang-binatang ternak Yang diciptakan oleh Allah itu, sebagian
bagi Allah (dan sebagian lagi untuk berhala-berhala mereka), lalu mereka
berkata: ini untuk Allah - menurut anggapan mereka - dan ini untuk
berhala-berhala kami." kemudian apa yang telah ditentukan untuk
berhala-berhala mereka, maka ia tidak sampai kepada Allah (kerana mereka tidak
membelanjakannya pada jalan Allah), dan apa yang telah ditentukan untuk Allah,
sampai pula kepada berhala-berhala mereka (kerana mereka membelanjakannya pada
jalan itu). amatlah jahatnya apa yang mereka hukumkan itu.”
Sesajen adalah syirik dan berbahaya,
sama bahayanya dengan kemusyrikan yang lain, di antara bahaya itu adalah:
1. Merupakan
Pelecehan Terhadap Martabat Manusia
Apabila
seseorang menyembah kepada sesama makhluk, yang tidak dapat memberikan manfa’at
dan menimpakan bahaya, maka berarti telah menjatuhkan martabat kemanusiaannya
ke tempat yang terendah. Allah telah memuliakan manusia dan menga-runiai akal
kepada mereka, maka apakah layak dan pantas seorang yang berakal dan terhormat
menyembah dan merendahkan diri di hadapan patung, pohon, jin, khadam, keris,
batu dan yang semisalnya. Maka tidak ada pelecehan terhadap martabat manusia
yang lebih parah daripada kemusyrikan.
2. Membenarkan
Khurafat (Tahayul)
Dari
keyakinan syirik inilah muncul berbagai khurafat yang tersebar di masyarakat,
mitos dan legenda yang penuh dengan takhayul, kisah-kisah yang sama sekali
tidak bisa diterima oleh akal sehat dan tidak dapat dibenarkan oleh hati nurani
manusia.
3. Syirik
adalah Kezhaliman Terbesar
Allah
berfirman;
cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
“Sesungguhnya
kemusyrikan itu adalah kezhaliman yang besar.” (Lukman: 13)
4. Syirik
Menimbulkan Rasa Takut
Orang
musyrik tidak memiliki keteguhan dan rasa percaya kepada Allah, sehingga
hidupnya penuh dengan kegelisahan, jiwanya labil dipermainkan oleh klenik,
khurafat dan takhayul. Dia selalu diliputi ketakutan, takut akan segala-galanya
dan terhadap segala-galanya, dan inilah kehidupan yang sangat buruk.
5. Menjerumuskan
ke Neraka
Kemusyrikan merupakan penyebab
utama untuk masuk neraka, Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,
..... ¼çm¯RÎ) `tB õ8Îô³ç «!$$Î/ ôs)sù tP§ym ª!$# Ïmøn=tã sp¨Yyfø9$# çm1urù'tBur â$¨Y9$# ( $tBur úüÏJÎ=»©à=Ï9 ô`ÏB 9$|ÁRr& ÇÐËÈ
“Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah: 72)
Firman-Nya yang lain;
¨bÎ) ©!$# w ãÏÿøót br& x8uô³ç ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótur $tB tbrß y7Ï9ºs `yJÏ9 âä!$t±o 4 `tBur õ8Îô³ç «!$$Î/ Ïs)sù #utIøù$# $¸JøOÎ) $¸JÏàtã ÇÍÑÈ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya” (an-Nisa: 48)
V.
Penutup
Sesajen merupakan warisan budaya
Hindu-Budha yang biasa digunakan untuk menyembah dewa. Sedangkan dalam islam
tidak mengenal dewa, melainkan Allah dan malaikat. Selain itu, dalam islam yang
ada adalah qurban yang hanya diperuntukkan fakir miskin dengan harapan
memperoleh ridho Allah bukan untuk meminta perlindungan dari selain Allah.
Sesajen bukan pula shodaqoh. Shodaqoh
bisa dilaksanakan kapanpun, sedangkan sesajen dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum
sesajen bagi umat muslim adalah haram.
Daftar Pustaka
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/sesaji-sesajian-sesajen-adakah-dalam-islam/
http://ummiyun.blogspot.com/2008/10/sesajen-dalam-pandangan-islam.html
http://ghuroba.blogsome.com/2008/01/27/ritual-sesaji-sesajian-sesajen-adakah-dalam-islam/
Fauzan, Abu Abdillah; 2009; Darus Salaf; Depok
http://qurandansunnah.blog.com/2011/08/03/tumbal-dan-sajen-sesajen/
Marifatullah.Com :: Forum Islam Indonesia
http://zatiah.blogspot.com/2011/08/sesajen-musrik-kah.html
http://hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.com/2011/03/tumbal-dan-sesajen-bukan-ajaran-islam.html